Tokyo Live Story (1/3) : Tidur dalam Lesatan Shinkansen

“Can you show me Hanasakaji-San?”, tanya saya
“Oh, forrow me¹ prease….”


Shibuya, 21 Mei 2015
Wow, saya tadinya hanya mengharapkan pria berjas hitam itu menunjukkan jalan seperti : “Ntar lo lurus, ketemu lampu merah kanan, ntar kalau ada pohon asem lo tanya lagi dah alamat ni ama yang punya warung”. Respon yang saya dapatkan jauh di atas harapan saya. Dia mengantarkan saya sampai depan pintu restoran Hanasakaji-San!

 

TIDUR DALAM LESATAN SHINKANSEN

Petugas loket Japan Railways (JR) di bandara Haneda memberikan 5 tiket reservasi Shinkansen Hikari dari stasiun Shinagawa menuju Kyoto. Kelima tiket itu dimasukkan dalam sampul kecil bergambar dua tipe Shinkansen generasi baru Jepang, Akita Shinkansen E6 dengan kode KOMACHI dan Tohoku Shinkansen E5 dengan kode HAYABUSA. Kedua Shinkansen ini digadang bisa melesat di atas rel magnet dengan kecepatan 300 km/jam. Hmm, tapi apa daya, Japan Rail Pass (JR Pass) yang saya sudah beli di Jakarta hanya boleh dipakai di tipe Shinkansen model lama seperti HIKARI , KODAMA dan SAKURA

Continue reading Tokyo Live Story (1/3) : Tidur dalam Lesatan Shinkansen

Tokyo Live Story : Mukadimah

“Sumimasen¹, kami hanya menyiapkan makanan halal untuk makan malam saja. Untuk makan siang, silakan datang ke cabang kami di sini, hanya 5 menit saja berjalan dari sini”


Dan secarik kertas berpindah dari si mbak ke tangan saya. Sebuah peta yang menunjukkan cabang dari restoran Hanasakaji-San yang kami temukan di aplikasi Halal Navi yang terinstall di iPhone istri saya. Hmm, 5 menit berjalan kakinya orang Jepang ini jaraknya pasti luar biasa buat orang Indonesia seperti kami. Dan benar saja, Google Map mengestimasi sebuah jarak : 500 meter. Saya pandangi putri kedua saya, Lia, yang sudah memasang mimik loyo karena diajak berjalan kaki di salah satu titik paling ramai di Tokyo : Shibuya!

Continue reading Tokyo Live Story : Mukadimah